Pembunuh Jalanan

Senin, 04 Agustus 2008 | |

Sebelum ini saya sempat lama tugas di desk kriminal. Awalnya saya pikir desk ini bakal identik dengan bunuh membunuh. Tidak sepenuhnya salah sih, hanya saja sepanjang pengalaman saya meliput, ternyata korban pembunuhan lebih banyak jatuh di tangan jalanan, bukan manusia.

Berbagai bentuk kesadisan jalanan telah saya lihat dan abadikan. Pengalaman ini jelas bukan untuk dibanggakan. Melihat otak dari balik tempurung kepala yang pecah, atau isi perut yang berceceran membuat saya kini mengurangi kecepatan dalam berkendara. Cabin suka cerewet kalau harus beriringan di jalan bersama saya. Dia bilang, saya kalau bawa motor seperti keong. Tapi inilah alasan kenapa saya kini percaya pada pepatah ‘biar lambat asal selamat’:

Hati-hati di jalan. Keluarga di rumah menanti kita.

(Foto lainnya under-editing. Kurang etis kalau dilihat tanpa bimbingan orangtua)

Krisis Listrik (Tamat?)

| |

Krisis listrik adalah topik yang paling sering saya tulis. Saking seringnya, saya sampai bosan. Sejak harga BBM mulai naik di awal 2002 sampai sekarang, jarang ada up date yang cukup berarti. Paling banter cuma komentar janji-janji para pejabat PLN, “bulan ini krisis berakhir” atau “pasokan listrik selama event ini aman”. Seperti juru kampanye, janji-janji tadi jarang ada yang ditepati. Jadi daripada memberi harapan kosong kepada pembaca, berita soal listrik akhir-akhir ini saya ‘lepas’. Saya lebih banyak meng-capture realita dari pada wacana. Seperti yang kebetulan terekam lewat lensa berikut ini.

Pemadaman bergilir membuat bisnis lampu petromak lumayan menjanjikan

Kalau begini terus, bisnis optik juga bisa menjamur

See What I See

| |



Assalamu'alaikum pak haji, bu hajah,

Setelah dengan gemilang memukau cabin lewat hasil jepretan, dia usul gimana kalo foto-fotonya dishare di blog. Hmm dari dulu udah pengen sih, cuma karena sok sibuk jadi suka gak sempet bikin. Yah, sebagai jurnalis yang merangkap jadi fotografer, tugas sehari-hari saya adalah memindai apa yang saya lihat di depan mata menjadi sajian produk media massa hehehe... Betul, saya punya hak semi prerogratif (semi karena masih bisa di-veto redaktur) untuk menentukan mana yang berita dan mana yang tidak (untuk muncul di halaman sebuah harian lokal Balikpapan).

Saya ingin anda melihat apa yang saya lihat. Boleh setuju, dan tentu saja boleh tidak. Apa yang akan saya posting selanjutnya adalah melulu sudut pandang saya. I just want you to see what I see. So here we go. I give you... my point of view.